0

ANTARA HP, TUKANG BECAK, DAN PERJUANGAN RAKYAT

Kira-kira seminggu yang lalu,tepatnya hari kamis tanggal 28 Februari 2008 sekitar jam lima sore dalam perjalanan ke kelompok belajar Artya di daerah Giwangan bersama temanku, aku kehilangan hpku. Hp yang telah menemaniku selama satu tahun. hp yang penuh kenangan dan goresan karena sering kujatuhkan. Hp lungsuran(baca: warisan) dari mamaku yang baru kuisi pulsa sebesar Rp.25.000,00 dan masih menyisakan pulsa sekitar Rp.21.000,00. hp yang…terlalu banyak yang bisa kuceritakan tentangnya…

Sore itu, aku berkumpul dengan teman-teman di BEM-KM UGM divisi akspro untuk menjalankan program kami yang telah disusun beberapa waktu lalu yaitu kunjungan ekstrnal. Hari itu dalam agenda kami harus mengunjungi GMNI(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia),walau pada akhirnya ‘kami’(aku dan temanku pada akhirnya batal ikut karena sibuk mencari hp) mengunjungi sebuah kelompok belajar yang mengajarkan tentang demokrasi pada anak-anak didiknya yang berkisaran umur sebaya dengan adikku(sekitar 8-10 tahun).

Kami berangkat dari BEM-KM sekitar jam 16.30, molor dari jadwal seharusnya yang menyuruh kami berkumpul jam 15.00. Sepanjang perjalanan aku mengisinya dengan ‘berkonser ria’ dengan temanku sebagai pendengar sekaligus korban(mendengarkan suara sumbangku). Aku menyanyi dengan suka ria hati berbunga-bunga seakan tanpa masalah berarti. Meski begitu, intuisiku merasa akan ada hal tidak beres yang akan terjadi padaku. Perasaanku tidak karuan dan ternyata intuisiku tepat. Sekitar 2/3 perjalanan aku merasa hpku jatuh. Aku mnecoba mencarinya ke seluruh badan, tas, saku celana, saku jaket, tapi tetap tidak menemukannya. Pada waktu itu tiba-tiba seorang bapak pengendara motor lain menanyakan apa barangku yang berwarna biru jatuh(hpku saat itu kuberi kantong hp berwarna biru) dan aku membenarkannya. Bapak itu mengatakan bahwa ‘biru-biruku’ jatuh di perempatan yang baru kami lewati tadi dan diambil tukang becak yang ada disitu. Bapak itu juga mmeberi ciri-ciri tempatnya, sayang saat aku memintanya untuk menemaniku mengambil hp tersebut dia menolak karena terburu-buru. Maka,aku pun meminta temanku yang menyetir motor untuk berbalik dan segera mencari hp itu kembali.

Sampai sana yang kutemukan persis seperti yang dicirikan bapak pengendara motor. Aku pun menemukan tukang becak tinggi yang menurutnya telah mengambil hpku. Aku langsung menanyakan tentang hal itu. Namun, tukang becak itu mengaku tidak melihat apa pun juga mengambil apa pun. Meski begitu aku berusaha mendesaknya untuk mengaku. Aku merasa yakin bahwa dialah yang telah mengambil hpku. Matanya terlalu jujur untuk berbohong. Aktingnya terlalu buruk,karena gerak-geriknya menunjukan hal sebaliknya. Aku terus mendesaknya sampai temanku memintaku unutuk mengikhlaskan hp itu. Ah…rasanya aku tidak rela. Rasanya kecewa…shock dan perasaan tidak enak campu aduk jadi satu. Akhirnya aku pun pasrah. Aku segera naik ke motor kembali. Sepanjang perjalan aku menangis. Aku terisak sampai rasanya sesak. Banyak pikiran berkecamuk di pikiranku yang akhirnya membuatku terdiam dan terpaku, tidak ada rasa ingin tersenyum apalagi tertawa. Aku terus seperti itu sampai kami kembali ke BEM-KM saat maghrib. Sepanjang perjalanan temanku berusaha membuatku tenang, baik dengan kata-kata maupun menggenggam tanganku erat,tapi tetap saja rasanya beku.

Sampai di BEM-KM aku segera menelepon ibuku. Aku benar-benar merasa bersalah padanya karena kecerobohanku. Meski aku tahu jawaban yang akan keluar dari mulut ibuku pasti kata-kata yang menenangkanku tapi tetap saja rasanya belum tenang sebelum mendengar suaranya. Benar saja, ibuku benar-benar memberiku ketenangan dengan jawabannya. Dan jawabannya adalah “Oh…ya udah, nanti kalau mama punya uang mama beliin hp baru ya…”. Jawaban yang mengharuskanku untuk mengikhlaskan hp tersebut. Aku rasa suara ibu benar-benar ampuh karena aku bisa tersenyum lebih lega dan tulus dari sebelumnya, meski tingkat keikhlasannya masih 80%. Lalu aku pun mengikuti rapat divisi dengan perasaan lebih tenang. Di penutupan rapat menteriku mengingatkan kami semua tentang tujuan perjuangan kami di BEM-KM dan saat itulah aku sadar untuk mengikhlaskan hp itu 100%. “Mari berjuang unutuk rakyat…”katanya. Ya…tukang becak itu juga rakyat yang harus kuperjuangkan. Dan kupikir sekarang, mungkin dengan aku mengikhaskan hp itu, itu pun salah satu bantuan untuk rakyat…aku pun tersenyum,lebih tulus dari sebelumnya.

Ya…tukang becak itu adalah salah satu rakyat yang harus kubela. Dan kurasa suatu kewajaran bila dia tak mau mengembalikan hp itu. Negeri ini sudah terlalu bobrok dan miskin. Kesejahteraan hanya visi yang entah kapan dapat terwujud. Begitu pula dengan nasib tukang becak itu yang merupakan salah satu dari sekian banyak rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan. Anak-anak mereka tak seberuntung aku yang bisa mengenyam pendidikan wah, makanan mewah, juga fasilitas terjamin yang diberikan oleh orang tuaku. Jangankan semua fasilitas dan sekolah elit(UGM kampus mahal choy!!!), untuk makan pun sering mereka harus mengencangkan celana. Menggambarkan betapa sulitnya mereka memperoleh kesejahteraan. Dan itu merupakan sebuah ironi dari kata-kata yang tersurat indah di UUD yang menyatakan bahwa kesejahteraan rakyat dijamin oleh negara. Pada kenyataannya kesejahteraan hanya unutk penguasa dan kaum elit. Ya… meski aku pun bukanlah kaum elit, tapi aku harus lebih bersyukur karena aku pun termasuk kaum yang sejahtera. Karenanya, aku harus ikut memperjuangkan nasib mereka. Ya… nasib mereka untuk diperjuangkan agar lebih baik. Dan semoga dengan hpku itu, bapak tukang becak itu bisa sedikit sejahtera. Amin.

0 komentar: